Sabtu, 24 Maret 2012

MENCARI KEBAHAGIAAN


Apakah anda pernah menyaksikan film Band Of Brother garapan Steven Spielberg? Dimana bangunan runtuh dan betonnya menumpuk di daratan. Ya begitulah perasaan saya saat kali pertama menginjakkan kaki di Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Bersama dengan seorang teman yang satu Madrasah Aliyah, kami berjalan hati-hati sekali dan pelan melewati segundukkan puing bangunan yang berserakan disana-sini. Di depan kami terhampar bebatuan yang lebih menyerupai kontrakan pasca dihancurkan. Saya mencari tahu ada apa sebenarnya dengan kampus yang terkenal karena beberapa alumnusnya ini, jawaban baru saya ketahui ketika saya mengikuti awal-awal perkuliahan, bahwa IAIN sedang bermertamorFosa menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Jadi, gedung lama yang menyisakan tinta sejarah perjuangan mahasiswa harus dihancurkan karena gedung baru segera menanti untuk dibangun.

Saya bangga sekali diterima di sini, sedari awal cita-cita ini memang tertuju atas keinginan kuliah di kampus dengan aroma keilmuan yang kuat. Jika beberapa mahasiswa di kampus, lebih melihat pekuliahan sebagai syarat mendapat Ijazah, membunuh waktu, bahkan ada yang tidak minat di jurusan hingga tidak gigih saat menuntut ilmu, namun saya sudah menetapkan standar visi dan bagaimana nanti saya berkuliah jauh sebelum saya mengenal perguruan tinggi. Mungkin karena keluarga kami tergolong mencintai buku, banyak buku yang mewarnai garis pemikiran saya saat Aliyah dan apa makna kesuksesan masa depan. Kala itu saya sudah terinspirasi mau menjadi Hamka, Natsir, bahkan Sartre.

Awal-awal Kuliah di UIN
Jadi dulu awalnya ketika saya habis masa waktu menjadi anak Aliyah, perasaan saya kerap waspada jika akan masuk perguruan non pemerintah. Karena citra perguruan tinggi yang tidak sedikit miring dalam mendidik, baik dari moral dan kualitasnya. Oleh karena itu saya terlibat pada penilaian yang serba selektif sebelum menjatuhkan pilihan terhadap kampus yang akan dituju. Jangan sampai, saya masuk sekolah tinggi yang tidak bisa mengakomodir kehausan mendalam saya terhadap ilmu. Ah dulu begitu memang sombongnya, tapi jika dirasa memang tidak berlebihan pula. Karena garansi kampus akan berelasi dengan kualitas kita kedepannya.

Bulan berganti bulan, akhirnya saya menyesuaikan diri dengan gaya UIN yang lebih agamis. Mulai belalar ilmu Fiqh, Ilmu Kalam, Ulumul Qur’an, Ulummul Hadits, Sejarah Peradaban Islam, hingga sebuah mata kuliah “danger” teruntuk saya dan kawan-kawan yang bukan dari kalangan santri, Bahasa Arab. Namun kendati pelbagai ilmu-ilmu Islam menjejali, entahlah tak ada seebrsitpun rasa ini untuk mencintai Islam sepenuhnya. Saat itu saya pun heran bagaimana masa depan saya nantinya. Apa yang diharapkan dari Sarjana yang tidak mencintai Islam sepenuhnya?

Ketika tahun berganti tahun, saya menjelma menjadi mahasiswa UIN seperti para pendahulunya. Sebuah pengalaman berkuliah yang senantiasa diisi oleh kegiatan membaca, diskusi, kelompok, organisasi, dan mengunjungi perpustakaan. Namun kesemuanya masih dalam bingkai takluk terhadap hegemoni Barat. Bendera Kanadapun (baca: Barat) selalu berkibar di hati saya. Maklum di UIN ada perpustakaan McGill. Walau kala itu saya belum tertarik betul, masih mencari-cari.

Di UIN, saya berteman dengan mahasiswa-mahasiswa hebat seantero Indonesia, yang ketika bicara amat memukau, lengkap dengan cengkok khas intelektualisnya. Beberapa diantara mereka kemana-kemana selalu menenteng buku. Membaca Filsafat Perancis dengan mata temaram. Duduk bersandar dengan bentangan koran. Sesekali mengutip Plato dan dibenturkan dengan Aristoteles: bangunan peradaban kecil-kecillan yang kala itu massif di UIN.

Ada pepatah, bukan mahasiswa, kalau tidak punya organisasi. Terprovokasi oleh adagium tersebut, akhirnya semua organisasi saya jajahi semata-mata mendapatkan air ilmu yang bisa melenyapkan dahaga saya terhadap wawasan. Saya pernah berada di organisasi yang kanan, lalu ke moderat, berdiskusi di lembaga sosialis kiri, liberal, sampai aktif berbincang pada sebuah lembaga yang diisi mahasiswa senior jurusan Akidah Filsafat. Ketika diskusi dengan orang-orang itu, saya tak ubahnya sedang melihat sebuah kontrakan terbakar, karena seluruh ruangan dipenuhi asap rokok hingga kita bisa tersedak. Rambut merekapun rata-rata gondrong melewati batas punggung.

Menurut bocoran dari kawan saya, jika kita masuk ke komunitas itu, anak-anak semester awal akan “diplonco” dengan cara kami harus mempresentasikan tema yang sebenarnya baru akan kami terima di tingkat lima. Disana saya bersama seorang kawan, benar-benar digojlok menjadi seorang pecinta buku sejati. Saya ingat betul kawan saya yang baru semester satu itu harus menjelaskan tentang biografi Nabi Muhammad SAW di depan mahasiswa semester 9 Filsafat yang rada-rada ingkar Tuhan dalam penilaian saya. Bagaimana rasanya? Menegangkan. Serasa sidang thesis berlalu terlalu prematur.

Belum usai, perjalanan saya berlanjut ketika saya semakin takjub diantar seorang senior untuk melihat foto-foto Azyumardi Azra selagi muda, melihat rambut ikal Profesor Komaruddin Hidayat saat bujang, sebelum berangkat ke Turki dan sebelum menjadi Rektor UIN tentunya. Saban bulan puasa, kami kerap mengunjungi rumah “abang-abang” kami yang telah menjadi anggota DPR, salah satunya yang kini menjadi anggota Pansus Century. Di bawah tenda kami berkumpul dengan para jawara intelektual kampus dari ujung Jakarta, walau tidak semuanya, karena bau penjilatan politik tercium kental. Namun kesan itu semakin tertanam dalam benak saya, bahwa beginilah dialektika organisatoris dan jalan panjang menuju medan politik.

Pada level pegerakan saya pun tidak melewatinya, tidak canggih jika mahasiswa tidak berdemo begitulah kata orang-orang. Namun entahlah saya merasa tidak cocok, banyak mereka yang bicara kebenaran tapi di lapangan nyata apa yang dikatakan tidaklah sesuai kenyataan. Tidak sedikit banyak dari mereka malah jadi broker di kampus masing-masing. Jika demo tidak shalat dan berkata seenaknya. Walau saya "brengsek" saat itu, tapi urusan sholat alhamadulillah tetap berjalan. Saya tidak yakin jika masa depan diserahkan kepada mereka akan membawa dampak positif bagi bangsa. Tapi ironisnya mereka meminta agar tampuk anggota DPR lebih baik diserahkan kepada mereka. Benar kata Soe Hok Gie, politik itu bak Lumpur. Saya menyaksikan dengan mata telanjang tentang arti kemunafikan, belajar melihat arti ucapan belum tentu mesti sama dengan kenyataan. Ketika abang mereka ditahan atas kasus korupsi mereka tidak lantang lagi bicara kebenaran. Alibipun ditebarkan.

Lantas dalam pendalaman Islam dan Maknanya, saya dihadapkan pada tulisan-tulisan Almarhum Cak Nur (Nurcholis Madjid) yang walau saya tidak paham, saya iya-kan saja. Ketika itu saya masih lugu untuk mengintrepetasikan kalimat “tiada tuhan selain Tuhan”, ya filsafat cadas dari Chicago itu. Saya seperti seorang anak dan sekawanan senior saya adalah seorang ayah yang menepuk-nepuk pundak anaknya, seraya berpesan “Nak, beginilah kalau kamu mau jadi orang cerdas”. Dan saya menikmati itu.


Westernisasi Pemikiran yang tidak Terelakkan

Hingga waktu berganti waktu, secara tidak sadar ternyata ilmu yang saya pelajari selama ini menghantarkan saya untuk singgah pada fase intelektual yang benar-benar mengadopsi pemikiran luar. Tanpa disadari saya lebih suka mengimitasi psikoanalisa tinimbang Al Ghazali. Naluri saya lebih bangga untuk membaca karya keluaran New York daripada Kairo. Bahkan mencicipi tulisan atheisme sains menurut saya lebih ilmiah daripada buku dengan bumbu wahyu di tiap lembarnya. Saya melihat kesemuanya itu karena kultur, kalau kata Gabriel Tarde, psikolog sosial, hal-hal semacam ini laksana naluri ilmiah jika kita berada pada suatu massa, karena indvidu akan mengikuti arus masyarakat yang ada.

Selanjutnya saya semakin menjadi-jadi. Bukan hanya berhenti untuk mengadopsi ilmu-ilmu produk asing, tapi kesemuanya bermuara pada tingkat kekaguman dan keterpesonaan seorang pemuda tanggung seperti saya terhadap Barat (baca: bisa juga nilai duniawi). Saya malah menyesal kuliah di perguruan tinggi Islam, kampus umum dengan segala perangkat keduniaannya menurut saya lebih membuka peluang untuk mendekati kebenaran.

Shalat tanpa makna, berislam terkesan ala kadarnya, dan membaca buku Islam jika ada hanya ada tugas adalah keseharian saya. Saya membaca buku-buku Islam, tapi tidak menikmati karena saya telah terlanjur cinta pada nama besar Freud, Jung, Erich Fromm, Descartes. Saya pun lebih menaruh kepercayaan pada positivisme, empirisme, rasionalisme, tinimbang The Philosphy of Islam. Jika anda bertanya pada saya tentang Islam, jangan harap saya bisa menjelaskan siapa itu Nabi Muhammad dan bagaimana sejarahnya, sebab saya lebih tertantang melakukan diskusi buku-buku teori filsafat Barat, psikologi dan sosiologi yang lahir dari perababan non Islami, dan mencoba mengedepankan kata “ilmiah” dahulu tinimbang Tuhan. Dan pada dasarnya, hal itu bukan untuk dikritisi dan kemudian diubah dengan semangat Islami seperti yang dilakukan Ismail Raji Al Faruqi. Namun saya mengkaji itu semua untuk saya praktekan kelak. Kalau kita mau berfikir ekstrim, saya adalah “musuh” Islam saat itu. Walau saya tidak sampai berikrar menjadi penganut atheis. Saat itu saya masih sholat, puasa, tidak pacaran, dan mencintai Allah. Akan tetapi, saya tidak bisa menghindari bahwa dalam benak saya ada sebuah mosi ketidakpercayaan terhadap ilmu Islam.

Melihat Cahaya Islam: Bahwa Fitrah itu ada


Namun dibalik itu semua, tak bisa saya terelakkan bahwa ada perkara ganjil yang bersemayam dalam hati. Entah mengapa, kognisi saya selalu diganggu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan elementer, seperti siapakah saya sebenarnya, untuk apakah saya hidup di dunia, kenapa saya selalu cemas, dan bagaimana nasib saya pasca dari dunia ini. Seribu tanya itu persis seperti Al Ghazali mempertanyakan tentang hakikat diri di Kitab Kimiyatul Sa’adah-nya. Hebatnya itu semua berjalan beriringan dengan kekaguman saya terhadap produk Barat itu. Hingga suatu ketika saya seperti ditampar oleh Allah, tepat ketika saya menerapkan keilmuan Barat saya dan mencoba merangkai kevalidannya. Ternyata Barat yang saya kagumi selama ini tidak ubahnya motor yang kehabisan bensin saat mendaki tanjakan. Ia tidak bisa menyelami makna terdalam dari kehidupan. Bukan hanya tidak bisa, ia memang tidak akan bisa, karena tumpulnya ketajaman pisau analisa-nya untuk mengupas hakikat problem jiwa manusia modern.
Dan saat saya menjalani sebuah muhasabbah dan berprofesi sebagai konselor, saya malah dihadapkan bahwa kekuatan Islam mampu menjawab apa yang tidak dapat dipecahkan oleh ilmu modern tersebut.

Islam tidak seperti konsep yang saya bangun sebelumnya. Karena pada fase ini saya melihat Islam itu nyata. Bahwa Tuhan itu “ada”. Bagaimana mungkin para konseli saya berubah dengan Islamic approach (pendekatan Islam), bukan dengan pendekatan yang berbelit-belit ala psikologi Perancis, London, dan Jerman itu. Saya menemukan thesa yang berbeda dari apa yang saya yakini selama ini. Karena sejujurnya, walau saya berada pada kampus Islam, tapi mata kuliah yang kami dapatkan dari ilmu keislaman masih minim. Sekalipun ada tidak sama sekali membuat saya yakin terhadap ketangguhan ilmu Islam. Islam cenderung teoritis. Namun dalam lapangan sebenarnya saya mendapati para konseli saya merasakan indahnya menyelesaikan problem hidup hanya dengan sentuhan nafas-nafas dzikir, shalat, dan tadabbur ayat-ayat Qur’an. Ya sekali lagi dengan pendekatan Islami, bukan Rasionalisme, Materialisme, dan Humanisme.

Saya pun terperangah, dan mencoba merasakannya sendiri dan memang ketika membaca Al qur’an, itulah moment paling tenteram yang pernah saya dapatkan. Inilah sebuah dampak psikologi yang nyata bagi diri saya. Ia masuk kedalam nurani saya tanpa diundang. Ia membius saya hingga rasanya ingin menangis, dan tak lama kemudian saya betul-betul terharu. Di situlah fase pemutar balikan tiga ratus enam puluh derajat tentang arti Tuhan yang sebenarnya dalam saintifisme saya. Saya seperti mahasiswa strata satu yang berjalan seorang diri di Wina, Austria, dan tak lama terdampar di sebuah Mesjid yang didepannya tepat berdiri patung Sigmund Freud sedang memakai topi.

Saat itulah saya bertekad untuk mengkaji Islam dengan cara pandang yang berbeda. Saya ingin menjadi ilmuwan yang fair. Saat itu saya masih memegang separuh prinsip sains, bahwa ketika ada suatu teori yang mematahkan teori sebelumnya, teori yang baru tersebut patut dikaji. Inilah dasar etika ilmu yang sejati, yang kadang sengaja ditutupi oleh beberapa kawan saya yang masih intens dengan keatheisannya. Saya berfikir positif saja, mungkin gemerlap materi yang membutakan mereka. Semoga bukan pertanda Allah menutup pintu hidayah.

Belajar Islam dari Awal dan Ikhtiar menjadi Konselor Muslim

Sejak itu haluan kapal saya berubah, saya ingin menjadi ilmuwan Muslim. Saya belajar Islam dari awal lagi, dari a’, ba’, ta’ lagi. Dari Al Baqoroh lagi. Dari Bab Tharah lagi. Niat saya harus suci, tulus, dan ikhlas. Saya berkembang menjadi pribadi yang merasa tidak lebih pintar dari anak TPA sekalipun. Iri dengan para santri yang sangat nikmat sekali mempelajari dinul Islam di pesantren-pesantrennya. Gelora saya dibakar kekuatan tauhidi untuk mencari mutiara keislaman yang terpendam dalam jutaan buku karangan manusia.

Saya belum puas. Lantas tergerak untuk menghabiskan setengah waktu untuk membaca gemintang hadis yang menyala-nyala. Merasakan indahnya kekuatan Iman dari ilmu-ilmu Islam yang mempesona. Saya kumpulkan itu semua walau mesti tertatih-tatih dan layaknya tukang sapu tengah memungut beras tumpah yang butirnya bisa menggelending ke sudut-sudut trotoar. Setelah itu saya susun menjadi bangunan keilmuan Islam yang masih amat sederhana, bernama psikologi Islam dengan landasan prakteknya melalui pendekatan konseling Islam.

Jadilah dari pengembaraan itu saya demikian yakin untuk menyimpulkan bahwa keajaiban Islam tidaklah dapat dipandang sebelah mata. Bahwa kekuatan Islam bukanlah kekuatan sepele yang hanya dapat dikur dari kebahagiaan semu. Terlalu murah jika untuk hal itu. Karena saya sudah merasakannya, walau di UIN saya pernah menampuk kursi paling vital di jajaran organisasi kampus (baca: semacam MPR kampus) dan memiliki keilmuan yang cukuplah di atas rata-rata kawan saya, tapi saya tetap cemas, dan galau. Dalam kasus politik misalnya, intrik politik lebih banyak bermain ketimbang etika, padahal mereka-mereka juga orang hebat, lahir dari pesantren, mantan-mantan ketua BEM. Jika demonstrasi teriak pro kebenaran dan pro rakyat, penyambung lidah nurani, dan banyak memakan gizi dari ilmu Barat, tapi entahlah secara akhlak belum bisa saya simpulkan baik.

Dalam kasus ilmu, jika ilmu-ilmu modern yang saya pelajari amat berbelit-belit. Islam ternyata pada sisi penerapannya amatlah sederhana tapi sangat mendalam dan tepat. Dzikir yang kita maknai hanya sekedar ucapan, apabila dilakukan dengan penuh syahdu, itulah sebenarnya kenteraman yang kita cari selama ini, yang sebelumnya telah susah payah kita cari dengan uang, yang sebelumnya kita begitu terpana keukeh mencarinya di paras-paras wanita dan lelaki kaya, yang sebelumnya jatuh bangun kita mencarinya dari beringasnya kedudukan dunia. Dan saya baru dapati dari seorang Ustadz bahwa semakin gigih kita mengejar dunia, semakin jatuhlah kita dalam kuburan fana yang sebetulnya menipu. Karena pada substansinya, dunia hanyalah senda gurau seperti tertera dalam firman Allah,

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)
Bahkan Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata:”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat nanti manusia akan menyadari betapa menipunya pengalaman hidupnya sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia menikmati kesenangan maupun menjalani penderitaan. Kesenangan dunia sungguh menipu. Penderitaan duniapun menipu.


Sebagai seorang yang kadung belajar karakteristik manusia dan psikologi massa. Saya paham hal ini tidak bertahan lama jika saya tidak berada pada satu komunitas yang akan menunjang iman saya, ini penting. Mulailah saya membangun fondasi awal lagi tentang iman dan arti pergaulan. Jika dulu saya asal pilih teman, kini saya memberanikan diri bergaul dengan orang yang soleh dan mengikuti majelis-majelis ilmu yang mendekatkan saya kepada tali takwa. Karena menurut Baginda Nabi Muhammad SAW, arti teman amat penting bagi tiap mukmin. Jika kita bergaul dengan tukang minyak wangi, maka harumlah kita. Lalu untuk penanaman ilmu pun tidak kalah penting, karena menurut Al Ghazali ilmu adalah pilar menuju jiwa yang sehat.

Saya merasa tenteram menerapkan filosofi sederhana tapi vital itu. Dan kunci untuk menemukan itu ialah bagaimana kita bisa mengenali diri kita sendiri. Siapa kita, apa tujuan kita, kenapa kita cemas, kenapa kita selalu gelisah, kenapa kita marah, kenapa kita selalu kesal, kenapa masalah sepele jadi besar. Dan anda mau tahu jawabannya? Tidak lain jawaban sebenarnya ada pada diri kita sendiri. Ini bukan humanisme yang menuhankan manusia, tapi pengenalan diri dalam Islam yang jauh lebih manusiawi dan mengandung nutrisi fitrah dari segenap ilmu yang pernah ada. Karenanya, Syekh Abdul Hamid Al Ghazali menaruh bab Pengenalan Diri pada bab awal kitab kimia kebahagaiaannya, inilah kunci awal menuju kebahagiaan.

Jika kita sudah menemukan siapa diri kita, evaluasilah pengalaman kita selama ini apapun itu, yang saya haqqul yakin bahwa muara itu terletak pada sebuah kata tegak, Allah. Baik dari problem sengsaranya kita dalam cinta, gelisahnya kita akan asesoris dunia, hingga perkara ambisi menang kalah dalam kuasa.

Rasa cemas itu terjadi karena kita sudah jauh dari Allah. Kita biarkan Allah hanya berada pada singgasana, dan kita sendiri di dunia dengan sombongnya merasa sanggup berjalan sendirian.
Tanpa kita sadari. Kita pun sudah menduakan Dia Yang Maha Esa. Dualisme tauhid kita terbentur pada pengakuan disatu sisi kita mengakui Allah yang Maha kita cintai, tapi disisi lain kita lebih ingin mendahulukan apa keinginan kita, apa kata pacar, apa kata nafsu, apa kata amarah kita, apa kata ego kita, dan segala rasa individualitas angkuh yang bersamayam dalam diri kita.

Ingat, mata batin tidak bisa dibohongi, ikhwah. Karena kita telah diberi fitrah suci dari lahir oleh Allah untuk membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Semakin kita menjauh dari Allah semakin mengeraslah qolbu kita. Semakin kita mendahulukan nafsu, yakinlah hanya kesengsaraan yang kita dapat di dunia fana ini. Karena Allah sudah mengingatkan kita,

“Maka celakalah bagi mereka yang keras qalbunya dari berdzikir kepada Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata.” (Az-Zumar: 22)

Syekh Ibnu Qayyim Al Jauzi pernah berkata bahwa tidaklah Allah memberikan hukuman yang lebih besar kepada seorang hamba selain dari kerasnya qalbu dan jauhnya dari Allah subhanahu wa ta’ala. Qalbu yang paling jauh dari Allah adalah qalbu yang keras, dan jika qalbu sudah keras mata pun terasa gersang. Qalbu yang keras ditimbulkan oleh empat hal yang dilakukan melebihi kebutuhan: makan, tidur, bicara, dan pergaulan. Bahkan dalam Tazkiyatun Nufus-nya, beliau berujar bahwa dosa adalah canru, semakin kita sering berbuat dosa, semakin ketagihanlah kita untuk bermaksiat kepada Allah. Sebuah rumus sederhana, bukan? Namun ketika ketaatan kepada Allah menjadi kebiasaan dalam hidup kita sehari-hari, maka ketenangan batin dan mansinya iman akan menjadi kawan sejati kita sehari-hari. Percayalah, dan itu butuh kejelian kita, selamat berjuang para pencari kebahagiaan yang sejati.

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al Hadiid(57) ayat.20)

Jumat, 23 Maret 2012

ZINA

Pertanyaan : assalamu'alaikum
Saya mau bertanya, bagaimana cara menjaga nafsu syahwat?

Edits, Surabaya

Jawaban : Wa'alaikum salam warahmatulah wabarakatuh

Jalan keluar paling ampuh untuk menjaga nafsu syahwat adalah dengan menikah. karena dengan menikah dapat menjaga pandangan dan kemaluan. adapun jika belum mampu menikah, maka perbanyak berpuasa. karena dengan berpuasa dapat mencegah nafsu syahwat yang berlebihan. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء

Artinya : "Wahai para pemuda. barang siapa yang bisa jima' maka menikahlah. karena itu lebih menjaga pandangan dan kemaluan. dan barang siapa yang belum bisa, maka berpuasalah. karena dengan itu dapat menahan syahwat." (HR Muslim)

Dalam hadits diatas, Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- mengkhususnya perintah ini kepada pemuda. karena pemuda lebih besar gangguan syahwatnya dibanding orang yang sudah tua.

Bisa jima' dan menanggung hal-hal yang diakibatkannya, seperti memberi nafkah baik berupa makanan atau pakaian. maka Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- memerintahkannya untuk segera menikah.

Adapun pemuda yang mampu jima' akan tetapi belum mampu memberi nafkah, maka diperintahkan untuk berpuasa. karena ketika seseorang berpuasa dia berusaha menjaga puasanya dari hal-hal yang dapat membatalkan puasanya. dengan itu, dia akan lebih menjaga syahwatnya.

Al ~ Qur'an surat Al - Isro' (17): 32

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk



Al ~ Qur'an surat An - Nur (24): 30

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: " Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat



Al ~ Qur'an surat An - Nur (24): 4 - 9

4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.

5.kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (direinya), maka sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

6. Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu adalah empat kali bersumpah dengan nama Alloh, sesungguhnya dia adalah orang yang benar.

7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Alloh atasnya, jika dia termasuk orang yang berdusta.

8. istrinya itu dihindarkan dari hukum oleh sumpahnya empat kali atas nama Alloh sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang yang berdusta

9. dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Alloh atasnya bila suaminya itu termasuk orang-orang yang benar

PUASA RHAMADHAN


Allah berfirman akan hukum puasa ramadhan :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ # أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ # شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ


Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (183) (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (184) (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (185)" (QS Al-Baqoroh : 183-185)

Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

بُنِيَ الإسلامُ على خمس : شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ، وإقام الصلاة ، وإيتاء الزكاة ، وحج البيت ، وصوم رمضان

Artinya : "Islam dibangun atas 5 dasar : syahadat "tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah rosulullah," mendirikan sholat, membayar zakat, haji kebaitullah dan puasa ramadhan." (Muttafaq 'Alaihi)

Hukum Puasa Ramadhan

Seluruh ummat telah sepakat akan hukum puasa ramadhan adalah wajib atas muslim yang baligh, berakal, dan mampu sebagaimana dijelaskan ayat dan hadits diatas. dan barang siapa yang mengingkari kewajiban tersebut maka dia telah kafir.

Syarat Wajib Puasa Ramadhan

Sebagaimana puasa ramadhan wajib atas setiap muslim, akan tetapi seorang harus memiliki syarat-syarat berikut yang menjadikan puasa ramadhan itu wajib atasnya :

1. Islam dan puasa ramadhan tidak wajib selain atas orang muslim.
2. Baligh, puasa ramadhan tidak wajib atas anak-anak yang belum baligh.
3. Berakal, tidak gila atau pingsan. puasa ramadhan tidak wajib atas mereka.
4. Mampu, tidak sakit yang dapat menghalangi seseorang untuk berpuasa.
5. Bermukim disuatu tempat. tidak sedang bepergian dengan jarak yang diperbolehkan qoshor sholat.
6. Tidak sedang berhalangan seperti haid atau nifas.

Tahun Disyariatkannya Puasa Ramadhan

Puasa ramadhan disyariatkan dan diwajibkan pada tahun 2 hijriyah. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- berpuasa ramadhan selama 9 tahun sebelum beliau meninggal.

Tahap-Tahap Diwajibkannya Puasa Ramadhan

Sebagaimana khamr diharamkan dengan cara bertahap. Puasa ramadhan juga diwajibkan atas semua muslim dengan 2 tahap, yaitu :

Tahap Pertama : Puasa ramadhan belum secara penuh diwajibkan atas setiap individu. dan seseorang diberi pilihan untuk memilih antara berpuasa atau memberi makan orang miskin dengan penjelasan bahwa berpuasa lebih utama. Allah berfirman :

وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya : "Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS Al-Baqoroh : 184)

Ketika turun ayat diatas, puasa ramadhan belum diwajibkan. seorang muslim hanya diberi pilihan antara berpuasa dan memberi makan seorang miskin.

Tahap Kedua : Diwajibkannya puasa tanpa ada pilihan. yaitu setelah turunnya ayat setelah ayat diatas. Allah berfirman :

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ

Artinya : "Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain." (QS Al-Baqoroh : 185)

Allah mewajibkan puasa ramadhan tanpa ada pilihan sebagaimana tahap pertama. dan barang siapa yang mendapati bulan ramadhan maka dia wajib berpuasa pada bulan tersebut. dan jika sakit atau dalam bepergian maka wajib baginya untuk mengganti pada hari diluar bulan ramadhan sebanyak hari yang ditinggalkan.

Begitulah sekilas tentang hukum puasa ramadhan. kita sebagai ummat muslim patutlah untuk bersyukur karena telah menjadikan bulan yang mulai ini kepada kita dan Allah memuliakan kita karena telah mempercayakan perintah-Nya kepada kita, yaitu perintah-Nya akan puasa ramadhan.

Read more: http://www.artikelislami.com/2011/08/hukum-puasa-ramadhan.html#ixzz1q0I6GtuO





Pembatal-Pembatal Puasa :

Pembatal Puasa Hanya Mewajibkan Qodho' 


Pembatal Puasa Yang Mewajibkan Qodho' Dan Kafarah



Berikut adalah pembatal-pembatal puasa :

Pembatal Puasa Hanya Mewajibkan Qodho'

Berikut pembatal puasa yang hanya mewajibkan qodho' (mengganti puasa yang tertinggal/batal pada hari yang lain diluar bulan ramadhan) :

1. Makan Dan Minum Secara Sengaja

Makan dan minum dengan cara memasukan makanan atau minuman yang melewati tenggorokan baik melalui mulut atau hidung, apapun itu jenis makanan dan minumannya.

Makan dan minum secara sengaja pada siang hari dibulan ramadhan tanpa alasan syar'i membatalkan puasa. adapun makan dan minum yang tidak disengaja misalnya karena lupa maka tidak membatalkan puasa. Allah berfirman :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ

Artinya : "Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam." (QS Al-Baqoroh : 187)

2. Yang Termasuk Kategori Makan Dan Minum

Memasukan makanan atau minuman melalui mulut atau hidung disebut makan dan minum, dan tujuan makan dan minum adalah memberi kekuatan pada badan dan untuk mencukupi konsumsi energi harian tubuh kita. diantara yang termasuk kategori makan dan minum adalah :

- Infus Darah.

Yaitu memasukkan darah darah ketubuh melalui infus. ini termasuk makan dan minum karena dasar kita makan dan minum untuk memberi gizi pada darah. dan infus darah jika dilakukan maka membatalkan puasa.

- Infus Cairan Makan/Gizi

Walau berbentuk cairan yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh sebagai pengganti makan dan minum, maka jika dilakukan juga membatalkan puasa.

3. Keluarnya Mani Dengan Sengaja

Keluarnya mani dengan sengaja karena mencium istri, melakukan pra-jima', masturbasi atau yang lainnya maka membatalkan puasa. karena menahan syahwat adalah salah satu perintah dalam puasa. dalah hadits qudsy Allah berfirman :

يدع طعامه وشرابه وشهوته من أجلي

Artinya : "(Orang yang puasa) meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya karena Aku." (HR Bukhori)

Adapun mencium atau melakukan pra-jima' dan tidak menyebabkan keluarnya mani, maka itu tidak membatalkan puasa. 'Aisyah -radhiallahu 'anha- berkata :

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يُقَبِّل وهو صائم ويباشر وهو صائم ولكنه كان أَمْلَكَكُمْ لإربه

Artinya : "Bahwa Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam- pernah mencium sedangkan beliau dalam keadaan puasa. melakukan pra-jima' sedangkan beliau dalam keadaan puasa. akan tetapi beliau adalah orang yang paling bisa menahan syahwatnya diantara kalian." (Muttafaq 'Alaihi)

Adapun seorang yang berpuasa dan takut jika mencium atau melakukan pra-jima' akan kebablasan dan berlanjut sampai keluar maninya, maka diwajibkan untuk menjauhi hal-hal tersebut agar puasanya senantiasa terjaga.

Dan keluarnya mani yang disebabkan karena mimpi atau pikiran tanpa usaha, maka itu tidak membatalkan puasa. karena mimpi bukan sebuah usaha. pikiran saja dimaafkan karena Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

إن الله تجاوز عن أمتي ما حدثت به أنفسها ما لم تعمل أو تتكلم

Artinya : "Sesungguhnya Allah mengampuni atas ummatku apa-apa yang dibisikan hatinya dan belum dilakukan atau dikatakan." (Muttafaq 'Alaihi)

4. Muntah Dengan Sengaja

Memuntahkan yang ada didalam perut dengan sengaja membatalkan puasa. adapun yang tidak disengaja tidak membatalkan puasa. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

من ذرعه القيء فليس عليه قضاء ومن استقاء عمدا فليقض

Artinya : "Barang siapa yang muntah (tanpa sengaja) maka tidak wajib qodho' (puasanya) adapun yang sengaja maka wajib qodho'." (HR Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

5. Keluar Darah Haid Dan Nifas

Wanita yang haid atau nifas tidak diperbolehkan sholat dan puasa, dan hanya pada puasa wanita tersebut diperintahkan untuk meng-qodho'nya sedangkan sholat tidak. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

أليس إذا حاضت لم تُصَلِّ ولم تَصُمْ

Artinya : "Bukankah jika haid tidak sholat dan tidak puasa?"

Setiap kali seorang wanita melihat darah haid atau nifas keluar sedangkan dia berpuasa, maka puasanya batal. jika darah keluar pada siang hari atau sebelum tenggelamnya matahari, maka puasanya pada hari itu batal. akan tetapi jika merasa darah keluar akan tetapi darah tidak kelihatan keluar kecuali setelah tenggelamnya matahari maka puasanya sah.

Pembatal Puasa Yang Mewajibkan Qodho' Dan Kafarah

1. Jima' (hubungan suami istri)

Berhubungan suami istri ketika puasa ramadhan adalah dosa besar. karena Allah mengharamkannya pada siang ramadhan dan menghalalkannya pada malam harinya. Allah berfirman :

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ

Artinya : "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka." (QS Al-Baqoroh : 187)

Jika seorang yang berpuasa mencampuri istrinya pada siang hari ramadhan, maka puasanya batal, dan wajib atasnya untuk mengqodho' dan membayar kafarah. adapun kafarahnya adalah :

- Memerdekakan budak muslim, jika tidak mampu maka;
- Berpuasa 2 bulan berturut-turut, jika tidak mampu maka;
- Memberi makan kepada 60 orang miskin. berdasar dari hadits berikut :

أن رجلا وقع بامرأته في رمضان فاستفتى النبي صلى الله عليه وسلم عن ذلك فقال : " هل تجد رقبة ؟ " قال : لا . قال : هل تستطيع صيام شهرين. قال : لا . قال : " فأطعم ستين مسكينا

Artinya : "Bahwa seorang laki-laki mencampuri istrinya pada siang ramadhan, maka diapun pergi bertanya kepada Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- tentang hal tersebut. beliau bersabda : apakah kamu memiliki budak (hamba sahaya) ? dia menjawab : tidak. beliau bertanya : apa kamu mampu puasa 2 bulan berturut-turut? dia menjawab : tidak. beliau bersabda : maka berilah makan kepada 60 orang miskin." (HR Muslim)


Read more: http://www.artikelislami.com/2011/08/pembatal-pembatal-puasa.html#ixzz1q0Ibaq8l

PUASA SENIN KAMIS


Puasa hari senin dan kamis adalah termasuk amalan sunnah yang di lakukan Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam-. banyak keutamaan-keutamaan yang terdapat di dalamnya seperti puasa-puasa sunnah yang lainnya. khususnya senin adalah hari dimana Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- di lahirkan dan di turunkan wahyu kepadanya. dan juga bahwa hari senin dan kamis adalah hari dimana amalan seorang hamba di angkat.

Tata Cara Puasa Senin Kamis

Banyak dari kita menyangka bahwa puasa senin dan kamis harus di lakukan pada dua-duanya. sehingga ketika telah berpuasa senin dan tertinggal pada hari kamisnya, berpikiran bahwa puasanya tidak sah.

Cara puasa senin kamis adalah seperti puasa sunnah pada umumnya. dan yang perlu di ketahui adalah bahwa hari senin adalah amalan tersendiri, dan hari kamis adalah amalan tersendiri. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

تعرض الأعمال يوم الاثنين والخميس، فأحب أن يعرض عملي وأنا صائم

Artinya : "(pahala) Amalan di angkat pada hari senin dan kamis, maka aku menyukai jika ketika amalanku di angkat aku dalam keadaan berpuasa." (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dan ketika di tanya tentang puasa senin dan kamis, Beliau juga bersabda khususnya pada hari senin :

ذاك يوم وُلدتُ فيه وأُنزلَ عليَّ فيه

Artinya : "Hari itu aku di lahirkan dan pada hari itu (pula) wahyu di turunkan kepadaku." (HR Muslim)

Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- tidak mensyaratkan bahwa harus di lakukan pada senin dan kamis dan tidak boleh melewatkan salah satu hari tersebut. akan tetapi senin adalah amalan tersendiri dan kamis pun begitu, karena beliau mengatakan bahwa (pahala) amalan di angkat pada hari senin dan kamis.

Niat Puasa Senin dan Kamis

Adapun niat adalah niat hendak puasa senin atau kamis. dan niat di lakukan sebelum fajar hari senin atau kamis. dan pada puasa sunnah di perbolehkan niat pada tengah-tengah hari. di riwayatkan dari 'Aisyah -radhiallahu 'anha- berkata :

كان رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- إِذا دخل عليَّ قال : هل عندكم طعام؟ فإذا قلنا : لا ، قال : إني صائم

Artinya : "Ketika Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- masuk kepadaku dan bertanya : apakah engkau memiliki makanan? aku berkata : tidak, beliau berkata : berarti aku puasa." (HR Abu Daud)

Adapun tempatnya niat adalah di dalam hati, dan tidak ada lafadz niat puasa senin kamis yang di riwayatkan dari Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam-. dan niat dalam ibadah pada umumnya adalah dalam hati.

Keutamaan Puasa Senin Kamis

Banyak sekali keutamaan yang terdapat dalam puasa senin dan kamis. berikut adalah beberapa keumataan yang terdapat pada puasa senin kamis, dan puasa sunnah lainnya.

Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

إن في الجنة بابًا يقال له‏:‏ الريان، يدخل منه الصائمون يوم القيامة لا يدخل منه أحد غيرهم. يقال‏:‏ أين الصائمون‏؟‏ فيقومون لا يدخل منه أحد غيرهم، فإذا دخلوا أغلق فلم يدخل منه أحد‏‏

Artinya : "Sesungguhnya di surga ada satu pintu yang namanya "Ar-Rayyan," yang akan di masuki oleh orang-orang yang sering berpuasa kelak pada hari kiamat, tidak akan masuk dari pintu itu kecuali orang yang suka berpuasa. di katakan : manakah orang-orang yang suka berpuasa? maka mereka pun berdiri dan tidak masuk lewat pintu itu kecuali mereka, jika mereka telah masuk, maka pintu itu di tutup sehingga tidak seorang pun masuk melaluinya lagi." (HR Bukhori dan Muslim)

عن عائشة ـ رضي الله عنها ـ أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يتحرى صيام الاثنين والخميس

Artinya : "Dari 'Aisyah -radhiallahu 'anha- : bahwa Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam- sering melakukan puasa senin dan kamis." (HR Ibnu Majah, At-Tirmidzi dan An-Nasai)


Read more: http://www.artikelislami.com/2011/01/tata-cara-puasa-senin-kamis.html#ixzz1q0HRIQ7K

DOA & WIRID SETELAH SHOLAT


Ada sebagian muslim bilamana selesai mengerjakan sholat lima waktu langsung meninggalkan tempat sholatnya lalu berdiri untuk segera kembali meneruskankesibukan duniawinya. Mereka tidak menyempatkan diri untuk berhenti sejenak membaca wirid ataupun bacaan-bacaan yang sesungguhnya dianjurkan dan dicontohkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.
Dianjurkan sesudah selesai shalat supaya membaca dzikir-dzikir (wirid-wirid) sebab sangat besar faedahnya.
Di bawah ini adalah Dzikir-dzikir sesudah shalat:
Astaghfirullaahal ‘adhiimalii waliwalidayaa wali ash-habil huquuqi ‘alayya walijamii’il mu’miniina walmukminaati wal muslimiina wal muslimaatil ahyaa-I minhum wal amwaati 3x
Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu yuhyi wayumiitu wahuwa ‘ala kulli syai-in qadiirun 3x
Allaahumma antas salaam waminkas salaamu wailaika ya’uudus salaamu fahayyinaa rabbanaa wata’aalaita yaadzal jalaali wal ikraami.
Membaca surat Al Fatihah
Membaca ayat kursi (1:255)
Shaidallaahu innahu laa ilaaha illa huwa wa-ulul’ilmi waa iman bil qisthi laa ilaaha illa huwal ‘aziizul hakiimu innaddiina ‘indallaahil islaamu.
Qulillahumma maalikal mulki tuktil mulkaman tasyaa-u watanzi’ul mulka miman tasyaau watuizzu man tasyaa-u watudzillu man tasyaa-u biyadikal khairu innaka ‘ala kulli syai-in qadiirun
Tuulijul laila fin nahaari watuulijun nahaara fil laili watukhrijul hayya minal mayyiti watukhrijul mayyita minal hayyi watar zuqu man tasyaa-u bighairi hisaabin.
Subhanallaah 33x
Alhamdulillaahi 33x
Allaahu Akbar 33x
Allaahu Akbar kabiiran walhamdu lillaahi katsiiran wasubhaanallaahi bukratan wa ashiilan.
Laa ilaaha illallaahu wah dahu laa syarikalahu lahul mulku walahul hamdu yuhyi wamiitu wahuwa ‘alaa kulli syai-in qadiirun
Laa haula walaa quwwata illa billaahil ‘aliyil ‘adhiimi
Dilanjutkan dengan doa:

Doa Setelah Sholat Fardhu 1

Allaahumma laa maani’a lima a’thaita walaa mu’thi limaa mana’ta walaa haadiya limaa adl-lalta walaa mubaddila limaa hakamta walaa rad dalimaa qadlaita walaa yanfa’u dzaljaddi minkal jaddu laa ilaaha illa anta
Allaahumma shali ‘alaa sayyidina muhammadin ‘abdika warusuulikan nabiyyil ummiyi wa’alaa aalihi wa ashabihi wasallim.
Wahasbunallaahu wani’mal wakiilu walaa haula walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘adhiimi.
Astaghfirullaahal ‘adhiima.

Doa Setelah Sholat Fardhu 2

Bismillaahirrahmaanirrahiim.Alhamdulillaahi Rabbil ‘alaamiin.
Hamdan yuwaafii ni’amahu wa yukaafi maziidahu.
Yaa rabbanaa lakal hamdu kamaa yan baghii lijalaali wajhika wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shali’alaa sayyidinaa Muhammadin wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad.
Allaahumma rabbanaa taqbbal minna shalaatanaa washiyaamanaa wa rukuu’anaa wa sujuudanaa wa qu’uudanaa wa tadharru’anaa wa takhasy-syu’anaa wa ta’abbudanaa wa tammim taqshiiranaa ya Allaahu ya Rabbal ‘alaamiina.
Rabbanaa zhalamnaa anfusa-naa wa in lam taghfir lanaa wa tarhamnaa lana kuunannaa minal khasiriina.
Rabbanaa wa laa tahmil ‘alaina israh kamaa hamaltahu ‘alalladziina min qablinaa.
Rabbanaa laa tauzigh quluubanaa ba’da idz hadaitana wa hablanaa min ladunka rahmatan innaka antal wahhaabu.
Rabbanaghfir lanaawali waalidiinaa wa lijamii’il muslimiina wal muslimaati wal mu’miniina wal mu’minaati al ahyaa-I minhum wal amwaati innaka ‘alaa kulli syai-in qadiirun.
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanatan wa fil aakhirati hasanatan wa qinaa ‘adzaabannaari.
Allaahummaghfir lanaa dzunuubanaa wa kaffir ‘annaa sayyi-aatinaa wa tawaffanaa wa-‘al abraari.
Subhana Rabbika Rabbil ‘izzati ‘amma yashifuuna wa salaamun ‘alal mursaliina walhamdu lillaahi Rabbil aalamiin.
Typed By Harris Noor Rabbasa
———————————————————————————

Doa Sesudah Shalat Wajib

Setelah shalat wajib lima kali sehari, kita melakukan dzikir dan wirid, kemudian memanjatkan doa.
Tidak ada ketentuan pasti, doa apa yang harus kita ucapkan ketika itu. Akan tetapi, dua-dao berikut ini barangkali dapat dipakai sebagai pegangan bagi yang ingin mempraktekkannya:

1. Mohon keteguhan iman di hati:

Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba’da idzhadaitanaa wa hablanaa milladunka rahmatan innaka antal-wahhaab.
Wahai Tuhan kami janganlah Engkau sesatkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk, dan berilah kami rahmat dari sisi-Mu.  Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi karunia.

2. Mohon kesabaran:

Rabbanaa afighh ‘alainaa shabran wa tsabbit aqdaamanaa wanshurnaa ‘alal-qaumil-kaafiriin.
Wahai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami dalam menghadapi orang-orang kafir.

3. Mohon dimatikan dalam keadaan baik:

Rabbanaa innanaa sami’naa munaadiyan yunaadii lil-iimaani an aaminuu birabbikum fa-aamannaa.  Rabbanaa faghfir lanaa dzunuubanaa wa kaffir ‘annaa sayyi-aatinaa wa tawaffanaa ma’al abraar.  Rabbanaa wa aatinaa maa wa’adtanaa ‘alaa rusulika wa laa tukhzinaa yaumal-qiyaamati innaka laa tukhliful-mii’aad
Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengan seruan orang yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu!” Maka kami pun beriman.  Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang banyak berbuat kebaktian.  Wahai Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul-Mu.  Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat kelak.  Sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji.

4. Mohon terhindar dari siksa neraka:

Rabbanaa innaka man tudkhilinnaara faqad akhzaitah, wa maa lizhzhaalimiina min anshaar.
Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka telah Engkau hinakan dia, dan tiada lagi penolong bagi orang-orang yang zalim.

5. Mohon terjau dari godaan setan:

Wa qurrabbi a’uudzu bika min hamazaatisy-syayaathiini wa a’uudzu bika rabbii ayaahdhuruun.
Wahai Tuhan, aku berlindungan kepada-Mu dari godaan setan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kehadirannya.

6. Mohon dikaruniai keturunan yang baik:

Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyyaatinaa qurrata a’yuniw-waj’alnaa lil-muttaqiina imaamaa
Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menggembirakan hati, dan jadikanlah kami sebagai panutan bagi orang-orang yang bertakwa

RUKUN SHOLAT


Syarat-syarat shalat

  1. Islam. 
  2. Berakal. 
  3. Bisa membedakan (tamyiz). 
  4. Suci dari hadats. 
  5. Menghilangkan najis. 
  6. Menutup aurat. 
  7. Masuk waktu shalat. 
  8. Menghadap kiblat 
  9. Berniat. 

Rukun shalat

  1. Berdiri bila mampu. 
  2. Takbiratul ihram (membaca Allahu Akbar). 
  3. Membaca surat Al-Fatihah. 
  4. Ruku'. 
  5. Bersujud dengan tujuh anggota (badan).(1) 
  6. Bangun dari sujud. 
  7. Duduk di antara dua sujud. 
  8. Thuma'ninah (tenang) dalam setiap gerakan shalat. 
  9. Tertib atau berurutan dalam melakukan rukun-rukun di atas. 
  10. Tasyahhud akhir (membaca At-Tahiyat). 
  11. Duduk ketika tasyahhud akhir. 
  12. Membaca shalawat untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. 
  13. Mengucapkan dua salam. 

Kewajiban Dalam Sholat

  1. Semua takbir dalam shalat selain takbiratul ihram. 
  2. Membaca:    ("Allah Maha Mendengar hamba yang memujiNya.") bagi imam dan orang yang shalat sendirian (munfarid). 
  3. Membaca:    ("Wahai Rabb kami, bagiMu segala puji.") bagi setiap orang yang shalat (imam, makmum atau munfarid). 
  4. Membaca:    ("Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi.") di saat ruku'. 
  5. Membaca:    ("Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi.") di saat sujud. 
  6. Membaca:    ("Ya Rabb, ampunilah aku.") di saat duduk di antara dua sujud. 
  7. Tasyahhud pertama. 
  8. Duduk ketika tasyahhud pertama.